Senin, 06 September 2010

Ma Yan part 1

                                                               DATARAN YANG DAHAGA


Adakah sebuah kehidupan yang bisa berjalan normal tanpa ketersediaan air?
   Mao Zedong,Sang Pemimpin Besar China agaknya menduga atau mengharap itu bisa terjadi.Dalam era kegilaan yang disebutnya sebagai "Lompatan jauh ke depan" periode 1958-1962,diubahnya beberapa desa di China menjadi wilayah tungku peleburan besar demi meningkatkan produksi baja.Pohon-pohon dan berbagai jenis tumbuhan di wilayah tersebut ditebang habis tanpa sistema perencanaan untuk ditumbuhkan kembali.Walhasil wilayah tersebut mengalami desertifakasi  dan hingga kini,empat dekade kemudian,dampak perusakan itu masih terasa.
    Sayangnya pemimpin besar itu tidak berkesempatan merasakan dampak perusakan yang diwariskannya dan membiarkan para petani menanggungnya sendirian tanpa punya kesempatan apalagi hak untuk menolak.
    Andai  Penguasa Langit memperbolehkan Mao untuk kembali ke bumi dan melintasi wilayah itu,barangkali ia akan terkenang bahwa pada suatu hari ketika pohon-pohon pernah tumbuh subur di desa itu. Suatu ketika pada sebuah musim di wilayah itu.
     Barangkali dia juga akan bergidik ngeri mendapati kenyataan bahwa rakyat di desa itu harus menyeduh teh dengan air yang berasal dari salju yang mencair.Air ity merupakan air simpanan sisa musim dingin yang ditampung dalam penampungan bawah tanah.Air sisa salju itu kemudian dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan akan air ketika kemarau sedemikian panjang dan sumber-sumber air tak lagi meneteskan airnya kepada makhluk-makhluk yang memerlukannya.Mungkinkah Mao sanggup menelan seduhan teh itu tanpa rasa gamang?
     Atau barangkali ia akan berpaling,tak hendak melihat sebuah kenyataan bahwa sebagian rakyatnya yang religius,dalam menjalankan ritual ibadahnya harus bertayamum dengan pasir saat hendak shalat lima waktu,demi menghemat air yang berharga.Air sama pentingnya dengan shalat.Shalat itu wajib dikerjakan.Untuk itu,ritual wudhu-membasuh diri dengan air,bermakna membersihkan fisik dan hati di hadapan Allah-harus juga dilakukan sebagai syarat sahnya shalat.Namun,dengan persediaan air yang sedemikian terbatas,tak akan tersisa cukup air untuk diminum bila air dipergunakan untuk wudhu.Maka pilihan harus dilakukan.Beruntung,Allah Maha Memahami dan memperkenankan pergantian ritual ini dengan tayamum mempergunakan pasir. Tidak ada lagi simbol kekeringan yang lebih nyata daripada ini.
      Akankah Mao merasa menjadi pemimpin yang gagal ketika mendapati kenyataan bahwa rencana besarnya telah mengakibatkan sebagian rakyatnyatidak mendapatkan standar kehidupan yang layak,termasuk dalam beribadah?Bahkan setelah beberapa dekade terlewati dan upaya pemulihan belum mampu mengatasinya?
      Revolusi besar China dengan segala keberhasilannya tetap saja tak memercikkan keberhasilan itu bagi para petaninya.Para petani tetap termarginalisasi dan menjadi satu-satunya populasi terbesar di dunia yang tidak memiliki perwakilan politik.Para petani ini menempati jenjang dasar,kalau tak boleh dikatakan terendah,dalam strata sosial masyarakat.








BERSAMBUNG
   

*diambil dari buku : Ma Yan yang ditulis oleh :Sanie B.Kuncoro
diterbitkan oleh : BENTANG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read First and please respect

Arsip Blog

LIZLEMAGAZINE