Rabu, 26 Januari 2011

Apa yang bisa dipelajari Agensi Korea dari Agensi Jepang?


Masalah ‘kontrak budak’ yang terus meningkat sampai ke tingkat tertentu membuat perusahaan internasional ikut turun tangan. Setelah meneliti kasus JYJ-SME dan KARA-DSP, banyak agensi hiburan Jepang menyuarakan kebingungan mereka kenapa pemutusan kontrak bisa meledak jadi masalah kontroversial.
Pemutusan kontrak jarak ada dalam industri musik Jepang. Contohnya saja SMAP yang debut tahun 1991, masih tetap kuat sebagai grup populer setelah 20 tahun lamanya.
Perwakilan agensi Jepang yakin bahwa kunci umur panjang idol grup mereka adalah kondisi yang beralasan dan jujur dalam penandatanganan kontrak. “Dalam kasus TVXQ, masalah utama berasal dari kesepakatan kontrak 13 tahun, di mana di Jepang, hanya satu atau dua tahun.”
Dengan kata lain, agensi Jepang memakai sistem berbasis insentif pribadi, jika grup meraih ketenaran dan mendapat laba selama periode kontrak mereka, mereka akan mendapat pendapatan lebih besar di tahun berikutnya. Cara lain termasuk menegakkan jadwal pembayaran secara bulanan, yang memungkinkan bagi artis yang kurang terkenal membiayai beban hidup mereka sehingga memperkuat kesetiaan pada perusahaan.
Karakteristik khusus dalam agensi Jepang adalah hubungan yang kemanusiaan antara perusahaan dan si artis. Perusahaan manajemen artis Jepang yang berpengalaman mengatakan, “Ini bukan soal berurusan dengan selebriti sebagai ‘barang’; ini tentang mengatur mereka dengan pengertian dan hubungan sebanding sebagai manusia.”
Ada kasus di tahun 2009 ketika kontrak aktris/model Jepang yang membuat semua orang terkesan membaca detilnya. “Kami tidak mentolerir emosional dan sakit fisik. Jadwal harus disesuaikan untuk mengembangkan keterampilan terbaik model dan aktris kami.”
CEO agensi kecil ini, Sasaki Masumi, mengatakan, “Ini adalah bagian dari bisnis hiburan untuk mengatur selebriti sebagai ‘produk’ kami, namun ini bukan hanya sekedar mengatur artis; saya juga fokus membantu mereka meningkatkan mereka sebagai aktor dengan menanamkan pengetahuan dalam diri mereka.”
Namun, bukannya juga industri musik Jepang tak punya artis yang meninggalkan perusahaan karena masalah dan perbedaan pendapat. Meski kebanyakan artis meninggalkan perusahaan mereka tak mampu mendapat ketenaran yang diinginkan, ada juga banyak kasus di mana selebriti mendapat ketenaran karena meninggalkan perusahaannya, contohnya saja ex-idol aktor Masahiro Motoki (pemenang 2009 Academy Award untuk film Okuribio). Untuk kasus JYJ, inilah kasus pertama kalinya di mana sebuah grup diblokir dari acara-acara musik publik karena tekanan bekas agensi mereka.
Netizen berkomentar seperti, “Dasar seseorang jadi pengkhianat hanya karena mereka meninggalkan sesuatu yang menjaga mereka tak masuk akal. Agensi memblokir aktivitas mereka dan membuat halangan… Apa itu tepat bagi mereka. Aku skeptis, namun mereka harusnya mengembalikan kembali jumlah yang sudah mereka tanam dan memberikan mereka pilihan yang betul” dan “Aku percaya banyak hal yang bisa dipelajari dari kasus di luar negeri.”
Source: Hani via Nate via allkpop
Indo trans: Alois ★ あずゆ@hallyucafe

via: AFC 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read First and please respect

Arsip Blog

LIZLEMAGAZINE